28 C
Medan
Jumat, 20 September 2024

Ini Penyebab Perseteruan Muhammad Ali-Joe Frazier

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

akses.co – Tepat 37 tahun silam, 8 Maret 1971 di Madison Square Garden, NY, perseteruan Muhammad Ali dan rival abadinya, Joe Frazier bermula. Fight of the Century atau pertarungan abad ini, begitu para jurnalis melabeli laga perdana dari tiga pertemuan keduanya di atas ring tersebut.

Label tersebut memang pantas disematkan setelah keduanya merupakan juara dunia tinju kelas berat di masa itu. Ali, kendati tidak lagi sebagai pemegang sabuk juara, sebelumnya tidak pernah kalah di atas ring tinju profesional. Sabuk juara yang dia miliki, dicopot sepihak otoritas tinju di Amerika setelah menolak ikut wajib militer ke Vietnam, bukan karena kalah bertanding.

Gelar lowong yang selanjutnya disematkan kepada Jimmy Ellis, berhasil direbut Joe Frazier lewat pertarungan brutal setahun sebelumnya (16 Februari 1970) yang mana Ellis menolak bangkit dari tempat duduknya di sudut ring usai tersungkur di akhir ronde empat setelah menerima kombinasi pukulan mematikan Frazier.

Pasca Ali dapat izin bertanding, Smokin’ (berasap) Joe Frazier menjadi target. Selain lantaran gelar yang dimiliki Frazier dinilai merupakan haknya yang direbut, Frazier juga meraihnya setelah memukul KO Ellis yang notabene merupakan sahabat dan mitra tanding (sparring partner) Ali.

Tensi kedua petinju semakin memanas setelah Ali dalam berbagai kesempatan mendeklarasikan sangat ingin bertanding melawan ayah Marvis Frazier itu. Di sisi lain, usai mengalahkan Ellis, Frazier juga sesumbar untuk menghajar Cassius Clay-nama Ali sebelum memeluk Islam-lantaran menilainya besar mulut.

Pertemanan yang terjalin antara keduanya sebelumnya lenyap oleh keinginan masing-masing untuk menjatuhkan satu sama lain. Banyak media kala itu menilai Ali sebagai pemicu konflik dengan Frazier. Padahal, Frazier disebut sempat membawa Ali berkendara dengan mobilnya dan bahkan memberi uang ayah sembilan anak itu pasca hampir empat tahun tak bertinju.

“Frazier akan datang berasap dan aku tidak akan bercanda. Aku akan memilih (pukulan) dan mencolek, menyiram air ke asapnya. Ini akan membuat kalian terkejut dan takjub, tapi aku akan hancurkan Joe Frazier (Joe’s going to come out smokin’, but I ain’t gonna be jokin’. I’ll be pickin’ and pokin’, pouring water on his smokin’. This might shock and amaze ya, but I’m gonna destroy Joe Frazier) demikian puisi Ali memanaskan atmosfer jelang pertandingan.

Muhammad Ali, yang jago memainkan perang urat saraf sukses membuat Frazier semakin membencinya. Kendati usai pensiun dia menyebut, kata-kata yang dilontarkan kepada Frazier tidak serius, hanya bagian dari strategi menjatuhkan psikis lawan jelang pertandingan, namun anggapan Frazier tidak demikian.

Bermodalkan dua kemenangan di dua laga sebelumnya pasca izin bertinjunya dikembalikan, petinju yang dikenal dengan julukan ‘melayang seperti kupu-kupu menyengat seperti lebah (float like a butterfly sting like a bee) itu akhirnya bersua Frazier di atas ring.

Ditonton langsung sekitar 20,455 pasang mata dengan harga tempat duduk di sekitar ring mencapai 150 dollar AS atau hampir 1000 dollar AS di masa kini, Ali naik ring dengan menggunakan celana pendek warna merah, sementara Frazier memilih warna hijau terang. Sejumlah selebriti top termasuk penyanyi legendaris macam Frank Sinatra menjadi saksi pertarungan brutal 15 ronde yang disiarkan ke 50 negara dan 12 bahasa dengan perkiraan penonton mencapai 300 juta di seluruh dunia itu.

Setelah sempat memimpin di ronde awal, Ali, terlihat terlalu menganggap sepele Frazier dan menghujani dengan pukulan seadanya sambil melontarkan kata-kata ejekan. Hingga di ronde 11, pukulan hook kiri Frazier membuat Ali jatuh tak berdaya namun segera bangkit di hitungan ketiga untuk melanjutkan pertarungan. “Tak ada yang bisa bangun terkena pukulan itu,” ujar Frank Sinatra yang juga mengabadikan foto jatuhnya Ali untuk majalah Life.

Pertarungan tersebut berakhir dengan kemenangan mutlak bagi Frazier kendati wajahnya penuh lebam karena “sengatan” kakak Rahman Ali. “Lain waktu aku akan kalahkan dia,” kata Ali pada acara televisi beberapa hari pasca pertarungan.

“Dia (Frazier) harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit beberapa minggu. Dia juara yang babak belur,” kata Ali lagi.

Kendati mengakui kemenangan Frazier, Muhammad Ali selalu saja menyinggung perawatan intensif rivalnya itu hampir di setiap acara yang mengundangnya.

Bahkan saat keduanya diundang Howard Cosell, pembawa acara olahraga stasiun televisi ABC di Amerika jelang tarung ulang (rematch) 28 Januari 1974, tensi Ali dan Frazier kembali memanas saat diminta mengulas pertemuan pertama mereka. Ali yang terus menyebut Frazier harus dirawat intensif di rumah sakit usai fight of the century memicu perkelahian.

“Kau bodoh (ignorant),” kata Ali yang langsung membuat Frazier berdiri dari kursi saat acara masih berlangsung berjalan ke arah Ali di sebelahnya menanyakan apa maksud perkataannya.

Rahman Ali yang duduk di bangku penonton sigap langsung mendekati Frazier. Tidak ingin adiknya kena pukulan hook kiri Frazier, Ali langsung memiting Frazier dan memaksanya bergulat di lantai studio walau akhirnya dipisahkan masing-masing pihak. Sementara Cosell tetap duduk di bangkunya bernarasi soal kejadian itu. Usai kejadian, Frazier cs langsung angkat kaki, sementara Muhammad Ali menemani Cosell hingga acara berakhir.

“Senin malam, nak (pertandingan), Senin malam,” teriak Ali pada Frazier. “Kau disana ya, datang tepat waktu,” balas Frazier sambil berlalu.

Frazier terus menyebut pertandingan perdana dari tiga seri pertarungan Ali-Frazier sebagai yang terbaik, sementara Ali menyebut “Thrilla in Manila” atau pertarungan ketiga dengan Frazier yang mana Frazier harus kalah TKO sebagai laga paling hebat. Seperti diketahui, Ali selalu menang atas Frazier di dua pertarungan berikutnya.

Mulai dari laga tanpa gelar, hingga perebutan gelar juara dunia tinju antara satu dan yang lainnya sudah dilakoni kedua atlet hebat tersebut, namun tanpa keberhasilan merebut mahkota juara dari masing-masing petinju. Rivalitas keduanya memang berakhir, namun tidak bagi penggemar Ali maupun Frazier yang tetap akan berdebat mengenai siapa sosok petinju terhebat sepanjang masa. (sam)

- Advertisement -spot_img

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca